Menangkan Pilpres Ketiga Kalinya, Erdogan Serukan Persatuan dan Solidaritas
Recep Tayyip Erdogan secara resmi ditetapkan sebagai pemenang pemilihan presiden Turki putaran kedua. Erdogan akan menjabat sebagai Presiden Turki sampai tahun 2028.
Ketua Dewan Pemilihan Tertinggi di Turki, Ahmet Yener, mengkonfirmasi hal ini. “Berdasarkan hasil sementara, sudah ditentukan bahwa Recep Tayyip Erdogan terpilih sebagai presiden.”
Pilpres putaran kedua ini diselenggarakan setelah pemilihan putaran yang pertama pada 14 Mei. Pilpres putaran pertama gagal menentukan kandidat pemenang karena tidak ada capres yang bisa mendapatkan perolehan suara lebih dari 50%.
Erdogan unggul tipis dengan selisih hanya lima poin atas capres oposisi Kemal Kilicdaroglu dalam pertarungan pilpres yang ketat dua minggu lalu. Hasil pemilu putaran pertama menunjukkan Erdogan memperoleh suara sebanyak 49,5% sedangkan Kilicdaroglu sukses mendapatkan suara sebesar 44,9%. Sinan Ogan, capres nasionalis, berada pada urutan ketiga dengan 5,2% suara dukungan serta tereliminasi mengikuti putaran kedua.
Hasil pilpres putaran pertama itu mengacaukan harapan lembaga survei yang menempatkan Kilicdaroglu pada posisi teratas. Pada putaran kedua ini, pemilih sah akan menentukan apakah Erdogan atau Kilicdaroglu yang akan memimpin Turki selama lima tahun ke depan.
Pemilu Eropa ini juga akan menentukan bagaimana negara tersebut dikelola, kemana arah ekonomi di tengah krisis biaya hidup dan menentukan arah kebijakan luar negeri.
Baca juga: Terpilih Kembali dalam Pemilu Prancis 2022, AS dan Uni Eropa Sambut Gembira Kemenangan Macron
Serukan Persatuan & Solidaritas
Dalam pidato kemenangannya, Recep Tayyip Erdogan menyerukan persatuan dan solidaritas.
“Kita harus bersatu dalam solidaritas dan persatuan,” ucap Erdogan di depan pendukungnya di luar istana kepresidenan Ankara Turki pada Senin (29/5/2023).
“Kami menyerukan ini sepenuh hati,” ungkapnya.
Bukan tanpa alasan, Erdogan mengatakannya setelah Pilpres Turki yang memecah belah ini membuatnya mengalahkan pemimpin oposisi, Kemal Kilicdaroglu. Selama masa kampanye, keduanya saling tuduh mendukung teroris dan menyebarkan misinformasi.
Pernyataan konsesi singkat Kulicdaroglu mengungkapkan ‘kesedihan dan kesulitan besar sedang menunggu negara’. Sedangkan Erdogan mengatakan kepada pendukungnya bahwa pemilihan ini adalah yang terpenting pada Turki era modern.
“Kami tidak punya kebencian, kemarahan atau rasa frustasi dengan siapapun,” ucap Erdogan.
Baca juga: Profil Volodymyr Zelensky: Kehidupan Pribadi, Karir Sebagai Komedian & Jalan Menuju Kepresidenan
Sinan Ogan Menjadi Kunci Kemenangan Erdogan
Di balik kemenangan Recep Tayyip Erdogan, ada salah satu factor yang dianggap berkontribusi dalam kembalinya Erdogan pada kekuasaan tertinggi di Turki. Dia tidak lain adalah Sinan Ogan.
Ogan, yang gagal melaju pada putaran kedua pemilu, adalah king maker dalam pemilu putaran kedua. Ini karena dia kemungkinan akan mengalihkan pendukungnya pada Erdogan atau Kilicdaroglu sehingga salah satu figure akan menang.
Ogan memberikan dukungannya bagi Erdogan karena dianggap menjadikan kaum nasionalis sebagai ‘pemain kunci’ dalam politik Turki. Di samping itu, Erdogan, menurutnya juga memiliki prinsip perlawanan terorisme yang konsisten.
Baca juga: Inilah Profil Negara Ukraina dan Sejarah Konflik dengan Rusia
Profesor dari Universitas Isik, Seda Demiralp, mengatakan bahwa dukungan Ogan pada Erdogan sudah diprediksi sejak awal. Ogan diketahui sudah mempromosikan kesinambungan dan stabilitas, kata kunci yang digunakan pada kampanye Erdogan.
Pada pidatonya, dia mengatakan bahwa dia yakin eksekutif dan legislative yang didominasi oleh partai yang sama adalah hal baik untuk stabilitas dan bisa menyelesaikan ketidakpastian ekonomi di Turki. Dia membenarkan keputusannya berdasarkan argument ini.