Inilah Profil Negara Ukraina dan Sejarah Konflik dengan Rusia
Ukraina sedang berkonflik dengan Rusia. Berita ini bahkan menjadi trending di media sosial. Ukraina memiliki wilayah yang berbatasan dengan Rusia dan Uni Eropa. Dulu, Ukraina merupakan bekas bagian dari republic Uni Soviet. Ukraina memang secara alami memiliki ikatan sosial budaya yang kuat dengan Rusia. Bahkan penggunaan bahasa Rusia sangat umum di Ukraina.
Meskipun demikian, Ukraina tetap menolak kalau mereka menjadi satu bagian dari peradaban Rusia. Ini sejalan dengan yang disampaikan oleh Presiden Rusia Vladimir Putin beberapa kali. Seperti apa profil dan sejarah Ukraina?
Profil dan Sejarah Ukraina
Wilayah Ukraina terletak di Eropa bagian timur. Ini adalah negara terbesar kedua setelah Rusia yang ada di benua tersebut. Ibukota Ukraina, Kyiv, terletak di Sungai Dnieper yang ada di bagian utara-tengah Ukraina. Presiden Ukraina saat ini Bernama Volodymyr Zelensky. Sebelum menjabat sebagai presiden, Volodymyr merupakan seorang comedian.
Ukraina benar-benar merdeka pada akhir abad ke-20. Namun, jauh sebelumnya, Ukraina pernah mengalami periode kemerdekaan yang singkat selama dua tahun, tepatnya pada tahun 1918-1920. Namun selama periode dua Perang Dunia, Sebagian wilayah Ukraina diperintah oleh Polandia, Rumania, dan Cekoslowakia.
Mereka menjadi bagian dari Uni Soviet. Saat itu, Ukraina menggunakan nama Republik Sosialis Soviet Ukraine (RSS). Ketika Uni Soviet runtuh pada tahun 1990-1991, Ukraina menyatakan kedaulattanya pada tanggal 16 Juli 1990. Setelah Uni Soviet pada bulan Desember 1991, Ukraina mendapatkan kemerdekaan dengan penuh. Negara tersebut akhirnya mengubah nama resminya menjadi Ukraina.
Ukraina adalah tanah dataran pertanian yang subur dan luas. Rakyat Ukraina pun melakukan pemberontakan pada Presiden Viktor Yanukovych yang dianggap pro Rusia. Hal tersebut membuat pemerintahan menjadi lebih condong ke Barat.
Namun Rusia menggunakan kesempatan tersebut untuk mencaplok semenanjung Krimea serta menyuplai senjata pada kelompok pemberontak untuk menduduki bagian timur industry Ukraina. Konflik dua negara bekas Uni Soviet tersebut mulai meningkat pada akhir 2013 terlebih setelah munculnya kesepakatan politik serta perdagangan penting dengan Uni Eropa. Setahun kemudian, revolusi di Ukraina meledak pada tahun 2014.
Unjuk rasa tersebut terjadi selama beberapa bulan dan sukses menggulingkan presiden Ukraina bernama Viktor Yanukovych, presiden pro Rusia. Putin memanfaatkan kekosongan ini untuk mengambil alih wilayah Krimea, semenanjung otonom di Ukraina.
Putin juga mendukung pemberontak yang ada di provinsi tenggara Donetsk dan Luhansk. Ribuan tantara berbahasa Rusia membanjiri semenanjung Krimea. Dalam waktu beberapa hari, Rusia menyelesaikan pencaplokan dalam referendum yang dikecam oleh Ukraina dan sebagian besar dunia. Mereka menganggap itu sebagai tindakan yang tidak sah.
Penyebab Rusia dan Ukraina Berperang
No |
Penyebab Rusia dan Ukraina Perang |
Penjelasan |
1 | Kejayaan masa lalu | Kejayaan masa lalu menjadi salah satu teori yang layak untuk disorot. Ini diperkuat dengan retorika Presiden Putin yang mengatakan bahwa Ukraina adalah bagian lama dari Rusia. |
2 | Masalah NATO | Rusia khawatir jika Ukraina bergabung dalam NATO. Rusia menganggap bahwa NATO nantinya akan membawa persenjataan ke perbatasan Ukraina sehingga sasarannya adalah kota-kota besar Rusia. |
3 | Separatisme | Pemerintah Rusia sudah lama mendukung Gerakan separatis di negara-negara bekas Soviet. Rusia mendukung separatism di daerah Ossetia Selatan dan Abkhazia. Putin juga mendukung separatism di Semenanjung Krimea milik Ukraina bahkan mengakui kedaulatan Donetsk dan Luhansk. |
Latar dan Penyebab Konflik Rusia dan Ukraina
Keruntuhan Uni Soviet memicu berbagai gelombang negara yang ingin berdaulat, termasuk rakyat di Ukraina. Pada bulan Januari 1990, 400 ribu orang lebih bergandengan tangan dari kota Ivano Frankivsk menuju ke Kyiv. Mereka mengibarkan bendera berwarna biru dan kuning yang dilarang oleh pemerintahan Uni Soviet.
Parlemen Ukraina pun mendeklarasikan kemerdekaannya dari Uni Soviet pada tanggal 24 Agustus 1991. Tanggal tersebut menjad hari kemerdekaan Ukraina. Uni Soviet pun bubar pada akhir 1991. Beberapa tahun kemudian, Ukraina memperkuat aliansinya dengan NATO.
Presiden Leonid Kuchma terpilih menjadi presiden pada tahun 1994. Dia membangun Ukraina sebagai negara kapitalis. Ini berbeda dari Soviet yang aliran ekonominya sosialis.
2004 Presiden Yuschenko
Kuchmat mengakhir masa jabatannya selama 10 tahun. Dia pun mendukung Viktor Yuschenko sebagai suksesor. Sedangkan Vladimir Putin mendukung Yanukovych. Sedangkan pihak oposisinya adalah pro demokrasi. Pada akhir masa kampanye, Yuschenko mendadak jatuh sakit. Wajahnya juga mengalami perubahan bentuk.
Dokter menyatakan bahwa Yuschenko diracun. Dia memang memenangkan pemilu. Sayangnya, masyarakat menduga ada kecurangan. Demo besar pun muncul dan dikenang sebagai Revolusi Oranye. Setelah pemilu ketiga diadakan, Yuschenko tetap dinyatakan sebagai pemenang pemilu.
2008 NATO
Presiden Yuschenko dan Perdana Menteri Yulia Tymoshenko berusaha keras supaya Ukraina masuk ke dalam NATO. Langkah ini mendapatkan dukungan dari George W. Bush namun mendapatkan penolakan dari Rusia.
NATO masih belum resmi mengizinkan Ukraina menjadi anggota meskipun masih membuka pintu. Sampai saat ini Presiden Putin menolak keras keanggotan Ukraina dalam NATO karena dinilai bahaya untuk Rusia.
2010 Kemenangan Pro Putin
Presiden Yanukovych yang pro Putin berhasil terpilih sebagai presiden. Dia pun berdeklarasi bahwa Ukraina memang harus netral. Dia ingin Ukraina bekerja sama dengan NATO dan Rusia.
2013-2014 Maidan Square
Presiden Yanukovych juga ditekan oleh Rusia supaya tidak melakukan perjanjian dagang bebas dengan Uni Eropa. Keputusan tersebut ternyata tidak popular dan memicu terjadinya protes besar-besaran.
Pendemo berkumpul di Maidan Square dan menduduki Gedung pemerintah, termasuk balai kota Kyiv dan kementerian kehakiman. Pada Februari 2014 terjadi bentrok yang menyebabkan kematian lebih dari 100 orang. Presiden Yanukovych pun melarikan diri ke Rusia dan parlemen mencopot jabatannya.
Maret 2014 Referendum Krimea
Presiden Putin menolak pelengseran Yanukovych dan menyebutnya sebagai kudeta. Pada waktu yang bersamaan, prajurit Rusia terus datang ke Krimea. Ada juga referendum Krimea yang menyebut 90% warga ingin bergabung ke Rusia saja. Semenanjung Krimea adalah wilayah yang memiliki sejarah penting untuk Rusia Ukraina.
Akhirnya Putin merestui aneksasi wilayah Krimea pada tangga 18 Maret. Amerika Serikat dan sekutunya di Eropa membalasnya dengan memberikan sanksi ke Rusia.
Mei 2014 Serangan Cyber
Politikus Petro Proshenko yang pro Barat akhirnya terpilih menjadi preisden Ukraina. Dia berjanji supaya negaranya lebih mandiri dan lepas dari pengaruh Rusia dalam bidang energi serta keuangan.
Hubungan kedua negara tersebut terus memburuk. Rusia juga dituduh beberapa kali melakukan serangan cyber ke Rusia, termasuk pada tahun 2016 ketika serangan cyber bisa menyebabkan mati lampu besar-besaran.
Pada tahun 2017, Rusia Kembali melakukan hal tersebut. NPR menyebut serangan cyber Rusia ke Ukraina masih terus berlanjut sampai sekarang.
Pada Februari 2022, Kedutaan Besar Rusia di Indonesia membantah bahwa negaranya terlibat dalam serangan cyber seperti itu.