Fase-Fase dalam Kehidupan Pernikahan

Kehidupan pernikahan bukanlah kehidupan yang benar-benar bebas hambatan. Ada beberapa proses yang akan dihadapi dalam kehidupan ini, entah yang membahagiakan ataupun kurang menyenangkan. Setiap pasangan akan melewati masa-masa jatuh bangun pada 7 tahapan. Pada masa awal pernikahan, pasangan biasanya sedang dalam keadaan berbunga-bunga dan kondisinya juga sedang hangat-hangatnya sehingga jarang terjadi pertengkaran atau lebih sering merasakan berbagai hal yang romantic.
Ini tentu berbeda jauh dengan tahap selanjutnya dimana keduanya menyadari bahwa ada banyak sekali perbedaan antara satu dengan yang lain sehingga harus mencari cara untuk dapat melewati fase tersebut agar bisa sampai pada tahap ketuju. Pada tahapan terakhir, pasangan akan menyadari bahwa pilihannya selama ini adalah yang terbaik dan yang tepat untuk mendampinginya.
Ada beberapa tahapan dalam hubungan pernikahan. Apakah anda sudah melewati semuanya?
Tahapan dalam Kehidupan Pernikahan
Berikut ini beberapa fase yang pasti dilewati oleh pasangan yang menikah:
1. Tahap Bulan Madu
Setelah melangsungkan pesta pernikahan, pasangan menikah biasanya menghabiskan waktu berdua saja untuk berbulan madu. Setiap orang memiliki jangka waktu yang berbeda ketika bulan madu, ada yang cukup dengan hitungan minggu dan ada juga yang hitungannya sampai bulan. Dalam tahapan ini, pasangan biasanya sedang berada dalam tahapan yang penuh dengan gairah dan romantic satu sama lain. Keduanya tentu ingin menghabiskan waktu bersama setiap saat seperti orang yang baru pacaran.
2. Tahap Penyesuaian/Adaptasi
Dalam tahapan ini, gairah pasangan mulai surut. Kesibukan dan tanggung jawab seperti bekerja, mengurus anak, rumah, dan orang tua membuat waktu benar-benar mulai tersita. Keduanya mulai menjalani kehidupan pernikahan yang sesungguhnya dan mulai memikirkan cara menyikapi kebiasaan pasangan. Pada tahapan kedua ini biasanya muncul kesadaran bahwa pasangan juga punya kekurangan dan sikap-sikap yang tidak diduga sebelumnya sehingga anda akan mulai bertanya apa yang sebaiknya dilakukan untuk mempertahankan hubungan.
3. Tahap Memberontak
Setelah menikah selama beberapa tahun, pasangan menikah biasanya akan mulai meledak-ledak dan menunjukkan emosi. Ketika tidak menyukai suatu hal, sikap kita dan pasangan akan langsung terlihat dan berusaha mempertahankan ego masing-masing.
Permasalahan seperti ini biasanya disebabkan oleh tuntutan pekerjaan yang mewajibkan karyawan bersikap professional dan tidak boleh tampak emosional. Emosi serta mental yang sudah terkuras ketika bkerja membuat seseorang sulit memberikan lebih banyak perhatian dalam hubungannya kaligus rentan menghadapi ketegangan dalam rumah tangga.
Pada tahapan ini, harus ada salah satu pihak yang bersikap lebih dewasa untuk mencegah hal yang tidak diinginkan seperti perceraian atau perselingkuhan. Hal buruk tersebut biasanya dapat terjadi ketika ada salah satu pihak yang mulai merasa frustasi, kecewa atau hubungan yang selalu didominasi dengan konflik yang tak terselesaikan.
4. Tahapan Evaluasi Diri
Pasangan yang telah lama menghabiskan waktu bersama biasanya akan terbiasa dengan situasi sehari-hari. Keduanya jauh lebih mudah memaklumi kekurangan satu sama lain dan menjadi lebih dewasa khususnya jika sudah punya anak.
Sebagai orang tua, suami istri akan berusaha menjadi panutan serta memberikan contoh yang baik untuk anaknya. Keinginan tersebut membuat keduanya mulai mengevaluasi diri serta berusaha menjaga kesatuan hubungan dan membangun kehidupan keluarga yang lebih baik.
5. Tahap Menerima Pasangan
Bertahan dari konflik, kebosanan dan godaan bukan sesuatu yang mudah. Untuk berhasil melewati tahapan ini maka mereka bisa kembali berdamai dengan pasangan dan memberikan kesempatan kedua untuk menyesuaikan diri kembali.
Ketika anak sudah bertambah dewasa dan karier sudah bisa mencukupi kebutuhan maka ini adalah saat yang tepat untuk fokus memperbaiki hubungan yang mungkin pernah berjalan kurang baik. Tidak lupa bahwa anda bisa juga mengingat lagi janji yang pernah diucapkan ketika memutuskan untuk menikah dan hidup bersama.
6. Tahap Krisis pada Masa Tua
Tahapan ini disebut dengan krisis karena pada fase ini pasangan biasanya sudah berusia lebih dari 40 sampai dengan 50 tahun-an. Dalam rentang usia tersebut, beberapa orang sudah melewati puncak pernikahan namun di sisi lain, karier sudah mulai redup. Orang mulai dihantui dengan pikiran terhadap masa pensiun yang semakin dekat serta ketakutan untuk mengahdapi masa tua.
Beberapa orang kadang bereaksi dengan berlebihan ketika berada pada tahapan ini sehingga pasangan yang sudah menikahpun sangat rentan menghadapi masalah dan kembali lagi mengalami konflik. Supaya hubungan tetap langgeng maka keduanya harus bisa berkomitmen untuk mengatasi masalah yang dihadapi dibandingkan dengan konfrontasi.
7. Tahap Penyelesaian
Setelah melewati berbagai tahapan yang panjang dalam pernikahan, pasangan akhirnya akan menyadari bahwa pasangan yang dipilihnya adalah orang yang tepat dalam menemaninya di sisa hidup. Beberapa orang mungkin akan melakukan flashback untuk melihat tahun-tahun awal mereka memilih untuk bersama serta merasa bahagia dapat melewati berbagai masa sulit tersebut. Selain itu, pada fase ini, pasangan sudah tidak lagi memikirakan kekurangan satu sama lain namun lebih dapat mendapatkan kepuasan karena sudah mendapatkan perasaan puas karena sudah memilih orang yang tepat.
Tantangan Terbesar dalam Pernikahan
Kehidupan pernikahan bukan hanya tentang senang-senang saja. Ada banyak sekali masalah besar yang dihadapi dalam pernikahan. Berikut ini ada tiga tantangan terbesar yang dijumpai dalam pernikahan dan cara mengatasinya:
1. Keuangan
Banyak pasangan yang sudah membicarakan keuangan bahkan sebelum menikah karena menyadari pentingnya masalah ini saat mereka sudah bersatu dalam hubungan pernikahan. Tetapi sesering apapun pasangan membahas masalah keuangan ketika masih pacaran atau seberapa sering perempuan mendiskusikannya dengan sang suami ketika sudah menikah, namun keuangan tetap menjadi masalah besar dalam pernikahan.
Sebagian besar pasangan mengatur keuangan dengan cara memisahkan rekening baik untuk menyimpan penghasilan masing-masing dan membut rekening bersama untuk biaya operasional rumah tangga, pendidikan anak atau liburan keluarga. Pembicaraan tentang keuangan sangat penting untuk dimulai tanpa menyinggung perasaan. Masing-masing pasangan harus bisa bersikap fleksibel.
2. Keluarga
Masalah lain yang sering menjadi bahan pertengkaran dalam rumah tangga yaitu keluarga khususnya dalam menghadapi mertua atau saudara ipar. Ini adalah masalah klasik. Bagaimana ketika ibu mertua sangat terlibat dalam urusan rumah tangga anda atau bagaimana pembagian waktu untuk mengunjungi keluarga masing-masing. Ini sering menjadi isu yang cukup sensitive dalam pernikahan.
Baik suami ataupun istri harus lebih sensitive seandainya suami lebih dekat dengan ibunya atau saudarinya sekalipun kedekatan itu membuat anda merasa kesal. Sejauh mana anda dapat menembus berbagai batasan sehingga anda bisa mendapatkan apa yang diinginkan. Begitu juga dengan suami anda. Kuncinya adalah komunikasi yang terbuka.
Perempuan sering merasa sulit melakukan ini. Mereka cenderung tertutup dan memilih cemberut sepanjang hari. Ini salah karena suami anda tidak bisa membaca pikiran anda. Jadi sebaiknya sampaikan keberatan-keberatan yang anda rasakan sekaligus carilah solusi yang tidak menyakiti siapapun.
3. Anak
Masyarakat menganggap bahwa kepemilikan anak. Pasangan menikah dituntut memiliki anak. Kalau tidak maka dianggap bahwa keluarga dan kebahagiaan tidak lengkap. Ketika sudah memiliki anak, orang tua akan bersikap sangat protektif sehingga mengatur kebutuhan anak sampai pada hal-hal terkecil. Padahal cara pengasuhan seperti ini justru bisa mengacaukan hubungan anda dengan suami.
Masalah ini dapat berkembang ketika anda dan suami memiliki nilai-nilai yang berbeda dalam mendidik anak. Misalnya anda dan suami berbeda pilihan saat ingin menyekolahkan anak. Perbedaan keinginan ini mencerminkan bagaimana pernikahan anda akan berlangsung ketika kehadiran anak justru mengubah hubungan anda.