Dampak Pandemi Bagi Ekonomi Global
Virus Corona kini telah tersebar di 185 negara dan wilayah. Setidaknya, 2,7 juta orang di seluruh dunia telah terinfeksi. Sebanyak 190.000 orang meninggal dunia akibat virus yang satu ini. Itulah data yang dihimpun oleh Universitas John Hopkins.
Guna mengatasi penyebaran virus yang semakin meluas, pemerintah yang ada di berbagai belahan dunia menerapkan lockdown di seluruh negara dan kota dengan tingkat beragam. Ini mencakup menutup perbatasan, menutup sekolah dan kantor serta membatasi perkumpulan dalam skala besar.
Hal ini tentunya membawa pengaruh ekonomi yang sangat besar, mempengaruhi bisnis dan menyebabkan banyak orang menjadi pengangguran. Pandemi ini terbilang menjadi krisis global karena seluruh negara terkena dampaknya.
Dampak pandemi corona terhadap ekonomi global
1. Meningkatnya angka pengangguran
Banyak ekonom telah memperingatkan bahwa lockdown akan mempercepat dan meningkatkan angka pengangguran. Hal tersebut terlihat dari angka pengangguran di sejumlah negara.
Di Amerika Serikat yang merupakan pusat ekonomi dunia, lebih dari 26 juta pekerjaan hilang selama 5 minggu. Angka pengangguran Negeri Paman Sam ini menjadi 4,4% pada bulan Maret dan sekaligus menjadi angka tertinggi sejak Agustus 2017. Itulah yang tercatat dalam Biro Statistik Pekerja di sana.
Amerika Serikat tidak sendirian. Australia dan Korea Selatan juga mengalami kenaikan angka pengangguran. Beberapa ekonom bahkan telah memperingatkan bahwa kondisi akan memburuk untuk ke depannya.
2.Industri jasa mengalami pukulan keras
Industri jasa merupakan sumber pertumbuhan ekonomi dan pekerjaan untuk banyak negara, termasuk Amerika Serikat dan China- 2 negara dengan pertumbuhan ekonomi terbesar di dunia dan menjadi pasar konsumen.
Namun kedua negara tersebut dilaporkan mengalami kemunduran drastis dalam hal penjualan retail karena lockdown telah mengakibatnya banyak toko tutup dan meminta konsumen tetap tinggal di rumah. Sedangkan penjualan online meningkat seperti yang terjadi pada Amazon.
Para ekonom telah memperingatkan bahwa konsumen mungkin tidak terus menerus mengeluarkan uang bahkan setelah lockdown resmi dicabut. Ini bisa dilihat dari penjualan ritel yang ada di Cina dimana angkanya meningkat secara perlahan dan bisnis kembali dibuka secara bertahap.
Menurut IHS Markit, bisnis dalam bidang transportasi, real estate, travel dan pariwisata mengalami kemunduran yang paling besar dalam aktivitasnya selama musim pandemi ini.
3. Aktivitas Manufaktur Merosot
Industri manufaktur yang selama ini merasa terbebani dengan perang dagang antara Amerika Serikat dan China kembali berada di bawah tekanan ketika virus corona tersebar di seluruh dunia.
Pandemi Covid-19 telah memukul telak pabrikan yang ada di luar China dan mengandalkan pabrik-pabrik raksasa Asia untuk memasok material dan suku cadangnya. Pabrikan ini kesulitan melakukan produksi. Namun pabrik-pabrik yang ada di Cina menghentikan operasi jauh lebih lama daripada yang diharapkan karena pihak-pihak yang berwenang berusaha keras mengendalikan virus.
Semakin banyak negara yang menerapkan lockdown maka semakin banyak pabrik yang terpukul. Beberapa bahkan harus dihentikan operasionalnya sementara sedangkan yang masih buka mau tidak mau harus menghadapi pembatasan pada suppy bahan baku dan suku cadang.
Negara-Negara yang Menerapkan Lockdown
No | Negara |
Penerapan |
1 | Tiongkok | 16 kota lockdown. Warga harus tetap berada di rumah, transportasi dalam dan luar kota dihentikan, tempat publik ditutup, tidak boleh pergi dengan kendaraan pribadi |
2 | Italia | Area publik ditutup. Seluruh acara olahraga ditunda. Transportasi umum masih dibuka namun harus pergi dengan alasan yang jelas. |
3 | Filipina | Seluruh perjalanan domestik dihentikan, sekolah ditutup, larangan berkerumun dan orang asing dari negara terinfeksi corona dilarang masuk. |
4 | Perancis | Seluruh area publik ditutup sementara. Larangan berkerumun, sekolah libur dan karyawan boleh bekerja dari rumah. |
4. Perdagangan yang Memburuk
Perdagangan global, yang telah melambat pada tahun 2019, diperkirakan akan lebih terbebani pada tahun ini.
Organisasi perdagangan dunia atau WTO telah memprediksi bahwa perdagangan global akan menurun drastis sebesar 12,9% hingga 31,9% pada tahun ini.
Semua daerah akan mengalami kemunduran pada bidang ekspor impor di tahun 2020 dengan dua skenario di atas. Itulah prediksi WHO.
5. Perekonomian Dunia Tenggelam pada Tahun 2020
Pandemi virus corona yang telah memukul telak aktivitas ekonomi membuat banyak lembaga di seluruh dunia memotong perkiraan mereka untuk ekonomi global.
International Monetary Fund (IMF) telah memprediksi bahwa ekonomi global akan mengalami penurunan sebesar 3% pada tahun ini. Hanya ekonomi dari segelintir negara, Cina dan India, yang bisa mengalami sedikit pertumbuhan pada tahun 2020. Begitulah prediksi IMF.
Kerugian kumulatif terhadap GDP global selama tahun 2020 dan 2021 akibat krisis pandemi bisa mencapai 9 triliun dolar, lebih besar daripada ekonomi Jepang dan Jerman jika digabungkan. Itulah analisis dari Gopinat, kepala ekonom IMF.
Langkah-Langkah Strategis yang Harus Diambil
Krisis ekonomi keluarga akibat kepala keluarga yang menganggur kini telah terjadi. Semua hal telah dilakukan. Namun belum ada jalan keluar yang membuahkan hasil memuaskan. Kebutuhan pun masih harus terus dipenuhi.
Resesi perekonomian sudah ada di depan mata dan tidak bisa dielakkan. Jika kondisi ini masih berlanjut maka darurat ekonomi kemungkinan besar akan terjadi. Penyebabnya tidak lain karena tidak ada gerakan ekonomi yang terjadi sesuai harapan.
Jumlah pengangguran semakin meningkat. Banyak orang yang telah kehilangan harapan untuk mempertahankan perekonomian keluarga. Resesi ekonomi sudah tak terhindarkan lagi.
Apa saja yang harus dilakukan pemerintah?
1. Mempersiapkan respon public health policy yang kuat
Salah satu cara untuk meningkatkan respon kebijakan kesehatan masyarakat antara lain menambah jumlah rumah sakit yang bisa mengatasi virus corona. Selain itu, sarana dan prasarana untuk mengatasi virus corona juga harus dilengkapi. Informasi kesehatan harus bersifat resmi dan pemerintah menjadi satu-satunya sumber.
2. Memberikan akses kesehatan gratis
Ini menjadi sangat penting untuk dilakukan untuk mencegah ketakutan pasien positif terhadap mahalnya biaya rumah sakit. Layanan masyarakat terhadap kebijakan ini harus terus disebarluaskan. Pemerintah harus memberikan akses kesehatan gratis pada semua orang yang hendak berobat.
3. Memberikan stimulus untuk rumah tangga
Ekonomi kreatif pada tingkat rumah tangga harus digalakkan. Produk barang dan jasa skala rumah tangga yang bisa memberikan manfaat besar untuk masyarakat diharapkan bisa digalakkan sehingga mampu meningkatkan pendapatan masyarakat yang masih miskin.
4. Memberikan terobosan low cost for all public service
Pemerintah harus membuat terobosan untuk low cost for all public service untuk seluruh masyarakat Indonesia. Revitalisasi jaring pengaman sosial (JPS) serta mempersiapkan bantuan yang tidak tunai namun bisa dinikmati oleh banyak masyarakat yang tidak mampu.
Kesimpulan
Lockdown memang membawa dampak yang kurang menyenangkan bagi ekonomi namun harus tetap diberlakukan demi mencegah menyebarnya virus.