
Rudal nuklir Korea Utara telah mengancam Pentagon dan memicu rencana AS untuk melakukan uji coba pertahanan rudal. Uji coba pertahanan AS ini akan menjadi yang pertama dalam sejarah militernya untuk menghadapi rudal balistik antarbenua (ICBM). Rencana AS akan dilaksanakan pada Selasa pekan depan. Uji coba ini akan mensimulasikan rudal balistik antarbenua Korea Utara yang ditujukan ke wilayah AS. Interceptor AS terbaru berhasil pada Juni 2014, meskipun memiliki catatan keberhasilan yang tidak konsisten, dengan 9 dari 17 upaya berhasil sejak 1999 dan hanya sekali berhasil dalam empat upaya terakhir.
Pertahanan rudal AS kini akan fokus sepenuhnya pada Korea Utara. Hal ini dipicu oleh pernyataan Korea Utara bahwa mereka akan segera meluncurkan rudal nuklir yang cukup kuat untuk mencapai wilayah AS. Presiden AS Donald Trump dan Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe secara terbuka mengumumkan rencana ini sebagai kesepakatan untuk memperkuat sanksi yang akan sepenuhnya melindungi wilayah mereka dari senjata dan rudal balistik yang dikembangkan Korea Utara.
Dalam beberapa waktu terakhir, Pyongyang telah melakukan sejumlah uji coba rudal yang menimbulkan kekhawatiran dan mendorong banyak negara untuk menuntut sanksi ekonomi yang ketat guna memaksa negara tersebut membongkar senjatanya dan menjadi tak berdaya. Seperti dilaporkan oleh staf mereka, isu ini telah menimbulkan banyak kekhawatiran dan dibahas secara mendalam oleh Trump dan Abe sebelum KTT G7. Dalam pembicaraan mereka, seperti dilaporkan oleh Gedung Putih, kedua pemimpin mencapai kesepakatan untuk bekerja sama memperketat sanksi yang telah disepakati terhadap Korea Utara, termasuk identifikasi dan sanksi terhadap semua entitas yang mendukung program rudal balistik dan nuklir Korea Utara. Selain sanksi, kedua pemimpin juga sepakat untuk memperkuat aliansi mereka dan memungkinkan setiap negara menjadi pertahanan terhadap ancaman Korea Utara. Trump berjanji akan dengan tekun mempertahankan wilayahnya dengan segala kekuatan yang dimilikinya. Para ahli kemampuan menegaskan bahwa upaya Pyongyang mungkin baru akan berhasil setelah 2020. Mengakui hal ini sebagai masalah global, ia meyakinkan para wartawan di hadapan Mr. Abe bahwa masalah ini akan diselesaikan.
Rex Tillerson, Menteri Luar Negeri AS, mendesak semua negara di dunia untuk bersatu dalam implementasi sanksi PBB yang telah diinisiasi terhadap program rudal dan nuklir Korea Utara. Ia juga menambahkan bahwa pemerintahan AS siap menggunakan sanksi sekunder untuk menargetkan perusahaan asing yang masih melakukan bisnis dengan Pyongyang. Perusahaan-perusahaan China berisiko tinggi menjadi target sanksi sekunder yang paling ketat karena diketahui melakukan perdagangan dengan Korea Utara.
Seorang pejabat senior Departemen Luar Negeri AS melaporkan saat berbicara di Beijing, China, bahwa China menyadari bahwa mereka memiliki waktu yang sangat sedikit untuk mengendalikan Korea Utara. Ia menambahkan bahwa China terbuka terhadap sanksi.